Kamis, 06 Juni 2013

SEANDAINYA

SEANDAINYA

07.00 am, berpakain rapih dan menata rambut dengan gaya tren remaja jaman skarang sedang ku lakukan dengan terburu-buru. Sambil di iringi ocehan wanita yang baru hadir dalam hidup ku sekitar 3,5 tahun yang lalu dan, harus kah aku sebut ia IBU??kurasa ia, meskipun itu menyiksa ku.
“Tara…cepatlah turun, matahari sudah tinggi..!” teriaknya dari lantai bawah rumah ku

Huufff..aku terus mendesah dalam hati, mengapa ku dapatkan ibu yang cerewat seperti dia, bergegas ku lari dari atas kamar ku ke lantai bawah tanpa memperdulikan keberadaan ibu baru ku itu di bawah anak tangga yang menatap kearah ku dengan senyuman yang sungguh membuat ku muak, aku hanya terus berlari menuju tempat parkir mobil ayah ku. Rupanya ia telah terlambat untuk mrnghadiri rapat, pantas saja ibu terus mengoceh. Perjalanan yang menempuh waktu cukup lama kesekolah ku membuat ayah semakin gelisah. Aku mencoba menghibur ayah dengan menceritakan pemain-pemain bola idola ku.
“yah, Cesh Fabregas katanya mau berkunjung keIndonesia loh akhir musim ini” ucap ku dengan harapan agar ia mau meresponnya

Seandainya
Namun Ayah sama sekali tak menghiraukan ucapan ku itu, Ayah hanya terus menerus menengok ke arah jam tangan yang ia gunakan sambil mengerutkan bibirnya seperti yang biasa aku lakukan saat sedang gelisah, keadan ini semikin membuatku merasa teralienasi semenjak kedatangan ibu. Setiba ku di sekolah, dia sama sekali tak memberiku ucapan semangat untuk mengawali hari ku ini, tak seperti biasanya huufff.
“raa…tunguu…”teriak Dini dari atas ojek langganannya
“kamu kenapa? Kok murung gitu sih?”lanjutnya
“ah’ biasa, ayah gua” jawab ku dengan nada sedikit bergurau
“ooh’ gitu, o yaa…kamu udah tau belum tentang Cesh Fabregas bakal datang ke Indonesia akhir musim ini??!” Tanya Dini dengan wajah yang membuat ku ikut semangat
“ia’lahhh, masa ia sih aku gak tau” sambung ku
***

Tenggg……teng..teng….bel tanda masuk telah bergema hingga memecahkan perbincangan hangat ku dengan Dini, kamipun mempercepat langkah kami menuju ruang kelas.
“oooh’ astagahh..!”jerit ku dengan suara yang sedikit mencekik
“kenapa??”ujar Dini sambil menengok dan menghentikan langkahnya
“inikan hari rabu, aduhhhh..mampus..bakal kena omelan lagi deh” ucap ku dengan nada kessal

Belum cukup 1,5 meter dari kelas ku, ketua kelas yang kejam dan ketus itu sudah meneriaki ku dengan kata-kata yang membuat ku geram.
“eeh’ cepat-cepat dong jalannya, ini bukan istana jadi gak usah so’so anggun jalannya”teriaknya sambil menopangkan kedua tangannya di pinggang seperti penjagal

Apa boleh buat, membantah hanya akan memperburuk keadaan. Alhasil kejadian ini membuat hari ku semakin sial, membuang sampah akhirnya kembali kulakukan. Setelah sanksi dari ketua kelas jahat itu ku lakukan, aku bergegas masuk ke ruang kelas ku. Rupanya pelajaran matematika telah berjalan 1/4jam dan seperti biasa, siswa yang terlambat 1/4 jam dalam pelajaran matematika tidak diizinkan mengikuti pelajaran itu dan di anggap alfa pada mata pelajaran itu.
“sempurnah…ini hari yang paling indah dalam hidup ku, terimakasih tuhan atas keberuntungan ku hari ini”jerit ku sambil menghancurkan tatanan rambut yang membuatku menghabiskan banyak waktu di depan cermin tadi pagi.

Tak sadar bahwa ternyata ada siswa laki-laki yang menjadi idaman ku sejak kelas VII sedang memandangiku sambil cengengesan dan menggendong bola basket sambil berjalan kearahku dengan jalannya yang cool dan seperti mengalami slow motion, itu semakin membuatku mengaguminya. Jaraknya yang semakin dekat kearah ku membuatku membisu dan….
“Tara lagi apa di tempat bau seperti ini?lihat rambut hitam mu itu, menjadi berantakan kan”sapanya sambil mengusap-ngusap kepala ku dan menata kembali rambutku
“ah’kaka bias aja, kaka sendiri disini lagi apa?”jawabku malu-malu
“tadi aku melihat mu dikeluarkan dari kelas, jadi aku mengikuti mu hingga kesini dan meninggalkan kelas basket ku”
haaa???wajah ku memerah seraya berkata “kaka datang kesini karena ku???”Tanya ku padanya dengan mata yang berbinar-binar

Plak…pukulan ka Raka yang detepatkan di bagian jidat ku, menghancukan khayalan yang setidaknya bisa memberiku kesenangan hari ini,
“aa’aaa aduwhh..kaka..”jerit ku dengan nada manja sedikit kesal
“cch’kau ini masih sempat-sempatnya menatapku seperti itu. Dasarr”ledek kak Raka setelah membenturkan bola basketnya ke kepalaku.
kejadian itu semakin membuatku malu, akupun berlari hingga ke bagian belakang sekolah yang pagarnya telah dibolong anak-anak yang gemar membolos. Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan sekolah itu, aku tak mau menambah kesialan ku dengan tetap berada di sekolah, mungkin hang out ke mall bisa menghibur ku.
***

Setiba ku di mall dekat sekolah, aku bertemu dengan kaka-kaka kelas XII diteras bioskop sedang memilih-milih filem, rupanya meraka pun melihat ku dan mengajakku untuk bergabung. Awalnya aku menlolak tapi…
“ayolah…nanti aku traktir deh, mau yah Tara manis”ajak ka Alvin sambil menarik-narik tangan ku

01.56 pm. Setelah selesai nonton dan makan kaka-kaka kelasku itu ingin pergi ke tempat karaoke, mereka tentu mengajak ku juga tapi pergi bersama anak laki-laki membuatku khawatir.
“mmh..maaf kak tapi Tara bener-bener gak bissa”tolak ku penuh nada halus
“ya uda dek’ g’papa”jawab kak Alvin sambil memalingkan wajahnya
Sambil FBan, aku masuk ke dalam lift dan bertemu dengan Ibu. Sempat gugup sih, tapi buat apa aku takut sama dia, memangnya dia siapa berani-beraninya marahin aku.
Setiba dirumah, dia terus menerus menceramahi ku dengan kata yang diulang terus menerus. Sungguh dia membatku kesal dan semakin membencinya. Sempat terfikir bahwa dialah penyebab sikap Ayah ku berubah dan gak care lagi sama aku, sungguh kebencian ini membuat ku ingin sekali membunuhnya.

Hidup sebagai yatim sejak kecil, di besarkan oleh nenek dan hanya dikunjungi ayah seminggu 3X membuat ku tumbuh dengan rasa kurang kasihsayang. Ketika aku berumur 10 tahun, ayah baru ingin tinggal bersama ku, ayah membeli sebuah rumah di kota metropolitan ini. Dan ketika aku berumur 13 tahun ayah memperkenalkan ku dengan seorang wanita yang akan menjadi ibu ku??!!
“nak, ini adalah tante Sindi, Kami akan segera melangsungkan pernikahan minggu depan”ucap ayah dengan bibir yang gemetar penuh khawatir
“ah??dia akan menjadi ibu ku??ayah…are you kidding me??”Tanya ku pada ayah dengan mata yang berkaca-kaca
“Tara..tante akan menjadi ibu yang baik buat Tara. Lagian umur kita hanya berbeda 13 tahun, tante yakin bissa menjadi ibu sekaligus kaka bahkan juga teman yang bisa kamu tempati untuk curhat” sela wanita itu penuh keyakinan
Senyumannya yang so’manis itu membuatku ingin menyiramnya dengan jus alvokat kesukaan ku yang sedang ku genggem. Hal itu membuat ku sangat cemburu, baru beberapa tahun aku menikmati hidup dengan ayah ku, merasakan kasihsayang yang tidak terbagi, hanya untuk aku. Dan semua itu harus berakhir???apakah setelah mereka menikah, ayah masi akan membangunkan ku tiap hari?mengusap-usap kepalaku saat aku tertidur di depan tv?menyelimutiku saat aku tertidur?
***

Tiliiliitt…tililittt…bunyi telfon rumah ku
“ya, hallo…”jawab ibu
“ah’ ia mas..baiklah akan ku sampaikan padanya”lanjut ibu sambil menengok kearah ku
“ada apa?”Tanya ku dengan nada kesal
“ayah mu akan pergi ke jerman 2 hari untuk perjalanan bisnis. Dia menyuruhku untuk mengantar mu besok pagi”jawab ibu sambil tersenyum
Sejenak ku berfikir wajahnya memang menawan, bibirnya yang mungil dan hidung pesek-pesek hotnya itu hampir mirip dengan hidung ku, ah’ tapi entahlah itu hanya celaan Dini danRiska mana mungkin wanita ini mirip dengan ku. Tanpa sadar aku terus memandang kearahnya dan mungkin itu membuatnya berfikir bahwa aku telah bisa menerimanya dalam hidup ku. Ini sungguh buruk bagi ku, lekas ku tinggalkan ruang tamu dan berlari ke kamarku.

Aku masih tak sampai fikir, bagaimana bisa aku besar tanpa seorang ibu disisiku. Bagaimana bisa ia meninggalkan ku saat aku masih bayi, tidakkah ia kasihan melihat ku dulu. Tanpa tersadar bedak yang baru sajja ku usapkan kewajah luntur mengikuti aliran air mataku. Betapa aku membenci dia, dia yang telah melahirkan ku dan pergi begitu saja meninggalkan ku dan ayah, mungkinkah ia kembali kepada kami?aku sungguh ingin sekali merasakan masakan ibu kandungku, ibu yang telah mengandung dan melahirkan ku. Aku ingin sekali merasakan bahagia bersama keluarga ku yang utuh seperti yang teman-teman sebaya ku rasakan., Tapi itu tidak mungkin terjadi, jangankan menjadikan semuanya nyata, menhayalkannya sajja sudah membuatku tampak bodoh.
“acchhh’ siall…kenapa aku begitu lemah akhir-akhir ini??!!”jeritku dalam hati sambil menggeram dan membanting semua barang-barang yang ada di hadapan ku
“ra…?kamu kenapa nak??!!”teriak ibu dari lantai bawah

Karena tak menjawab, ibu memaksa masuk ke dalam kamar ku dan mendapatiku sedang terluka karena kepingan botol kaca farfum yang ibu berikan kepadaku kemarin. Kepingannya itu tertinggal di kulit tangan ku dan mengeluarkan banyak darah sehingga menodai seragam ku.
“aduwhh, tara..tangan kamu ko bisa sampai berdarah gini sih?”Tanya ibu dengan nada khawatir sambil mengolesi lukaku dengan liurnya
Icchh’ ini semua membuatku jijik, mungkin dia hanya berusaha terlihat sebagai ibu yang baik bagi ku, dan itu membuat ku muak. Tapii ??sunguuh aku tidak melihat aura negative dari dirinya, dia kelihatan tulus membantuku tanpa cirri-ciri orang sedang berekting. Ah…apa ni?aku kembali memujinya. Mungkin karena sudah hampir 4 tahun kami hidup bersama, haruskah ku terima ia sebagai ibu sungguhan ku???

07.01 pm
“aku lapar, bisakah kao membuatkan ku makan malam”suruhku tanpa sopan santun sedikitpun

Ibu membuatkan ku ayam panggang dengan bumbu khasnya, dan itu sangat lezat. Dengan tangan yang diperban seperti ini, aku kesulitan menggunakan garpu itu. Tanpa basa basi, ibu langsung mengangkat piringku dan menyuapi ku. Ah’tidak, ini kah trik yang ia gunakan untuk menarik simpati ku??dasar wanita licik. Melihat tatapan matanya yang tulus itu, membuat ku merindukan sosok ibu dalam hidupku. Seandainya ia ada disini bersama ku, aku pasti sangat bahagia sama seperti Dini yang selalu dimanja ibunya.hikss..hikss…hikss.tapi justru karena rasa ingin sekali bertemu itulah yang kini membuatku membencinya, tidak..aku tidak akan pernah bissa menerima keadaanku yang menyedihkan ini. Sekalipun nantinya dia akan datang memohon padaku untuk memaafkan kesalahannya, aku mungkin hanya akan menendangnya menjauh dari hidup ku.
“na’kamu kenapa??ayo buka mulutnya”sahut ibu sambil menyuapiku
“cch’kau piker kau siapa, ha’?kau Cuma ibu tiriku. Jangan pernah menganggapku anak kandungmu apalagi berfikir aku akan menerimamu, dasar wanita penggoda”teriakku sambil menghentakkan tangan kanannya yang akan menyuapi ku.
Aku berlari kekamar dan mengunci pintu, kulepaskan pula perban yang ia pakaikan di lukaku.

Keesokan harinya pukul 07-39 am. Pagi ini aku sengaja bergerak lambat, akan kupastikan ia tidak kuat merawatku seorang diri. Keesokan harinya, aku semakin terlambat sajja. Siapa suruh semalam ia menyuruhku untuk bangun cepat karena ingin menghadiri pemakaman temannya pagi ini, hahaha. Mungkin ibu tak tau, menyuruhku bergegas hanya akan membuatku memperlambat langkahku. Dia hanya bisa pasrah melihat tingkahku.
“hay ra..”sapa kak Alvin tersenyum ramah
“hay kak” jawab ku
“ntar sore ad acara gak. Aku mau ngajak kamu nonton lagi nih, biza kan?bisa dong!”paksanya

Berfikir sejenak, mungkin ini bisa membuat ibu marah padaku?..
“ee’gimana yah??yauda de kak”jawabku dengan yakin
Pip…..pip…klakson ibu dari atas mobil, betapa dia membuatku malu di hadapan ka alfin

Sesampai di rumah, ibu bergegas turun dari mobil dan membukakan ku pintu mobil. Bodoh…dia pikir dengan berprilaku seperti ayah aku akan bisa menerimanya sebagai ibu?? Niatnya itu hanya akan membuatku semakin muak, hanya tatapan sinis yang kuberikan padanya.
“de’ kaka tunggu kamu di depan XXI mall dekat sekolah yah. Jangan telat looo ” pesan singkat kak Alivin
Ku sempatkan untuk shalat duhur terlebih dahulu sebelum pergi ke Mall, walaupun aku kurang ajar tapi shalat ku gak pernah bolong. Sulit untuk meminta izin tanpa alasan yang jelas kepada wanita itu, jadi ku putuskan untuk pergi diam-diam saat dia sedang tertidur lelap.
***

Hari ini lumayan seru, dianterin sampe depan rumah sama ka Alfin rasanya kaya ratu aja. Tapi kok’agak rameyah nih rumah?banyak suara orang menangis dan orang lagi ngaji. Dengan hati yang was-was aku berlari menuju ruang tengah rumah ini, plakkk…ayah menamparku dengan kerasnya hingga wajah ku ini berbalik 180o
“dasar kamu yah, dari mana saja kamu. Ibumu meninggal kamu malah pergi senang-senang”teriak ayah kearah ku
“sudah..man, Tara gak salah apa-apa”ucap nenek menenangkan ayah

Untuk pertamakalinya, ayah memukulku. Ini sunggguh membuatku sedih, apa alasannya?! Saat hendak melangkahkan kaki ke kamar, aku melihat ibu kutelah terkapar kaku dibungkus kain kafan di atas tikar. Ah…sejenak ku ingin sekali tersenyum,melihatnya tapi tiba” seorang wanita yang sebaya dengan ibuku memelukku dari belakang dengan begitu erat. Aku semakin binggung dengan keadaan ini, apa yang terjadi? seseorang tolong beritahu aku.
“tara sayang, sebenarnya wanita yang selama 3 tahun lebih ini kau panggil ibu itu adalah ibu kandung mu, ibu yang mengandung dan melahirkan mu.”ucap wanita itu sambil menangis di punggung ku
“apa maksudmu, kau ingin membodohi ku?kau ingin membuatku merasa bersalah?”kataku sambil melepaskan pelukannya
“Tara, aku mengerti perasaan mu, duduklah dan aku ceritakn semuanya dari awal”ajaknya sambil menopang bahuku
“dulu, saat Sindi ibu mu berumur 15 tahun ia bertemu dengan seorang pria dewasa yang membutnya terpesona, pria itu adalah ayahmu. Dia sungguh jatuh cinta pada lelaki itu, sampai-sampai Sindi rela memberikan keperawanannya kepada lelaki itu. Karena waktu itu dia baru duduk di bangku SMA kelas 2, dia tidak berani untuk membina sebuah keluarga bersama ayah mu yang berkuliah semester akhir itu.”ucap tante yang katanya teman ibu ku itu dengan linangan air mata yang menambah haru malam ini
Sungguh ini seperti pembodohan bagiku, tidak bisa pas dalam fikirkanku tentang apa yang tante ini katakana. Setiap ucapan yang keluar dari bibirnya serasa bualan bagiku, hingga ayah ikut duduk di lantai bersama kami sambil menangis dan mencium tangan ku. Begitu juga dengan nenek yang merawatku dari bayi serta beberapa orang baru yang kujumpai dalam pernikahan ayahku dan ibu dulu.

Seseorang tolong jawab aku!!!mengapa mereka begitu menampakan raut wajah yang seakan ingin mengatakan “sungguh malang nasib mu nak..”dan itu membuat ku buruk, ku coba beranjak dari tempat dudukku dan meninggalkan keharuan yang sedang mereka ciptakan.
“hah’ omong kosong apa ini..!!apakah kalian berusaha mengerjaiku??haa’??”teriaku sambil mengusap air yang mulai mengalir kepipiku
“tara..duduklah nak, kami sungguh mengerti keadaan mu. Tapi kamu harus tahu yang sebenarnya, umurmu sudah dewasa, belajarlah menerima kenyataan hidup ini meskipun pahit”kata paman yang mungkin suami tante yang tadi
Sempat ku pegun sesaat mendengar cerita iu, Yah, dia benar. Aku harus berusaha menjadi dewasa, sambil ku tatap sosok pria yang duduk dilantai sedang menangis itu, entah kenapa hati ku ini sakit sekali. Mungkinkah yang dikatakan orang ini benar adanya, mungkinkah hati kuini sedang ditusuk atao ada bom di dalamnya?? Sakit dan berdetak begitu kencang, kenyataan pahit yang ku terima sangat membebani batin juga fikiran ku.
04.30 am, suara tangisan dan suara orang yang sedang tadarrus membaca yasin membangunkan ku. Belum sempat kubuka seluruh kelopak mata ini, aku mencium bau Ayah yang telah lama kurindukan, ya ini bau ayah yang wangi dan khas itu. Dia memelukku erat seakan aku ini gulingnya, dengan mata yang bengkak dan rambut yang berantakan aku melihatnya begitu menyedihkan. Diakah ayahku?pria dewasa yang telah merusak kehormatan ibuku?haruskah kemarahan ini juga ku utarakan padanya?
Seorang gadis yang hamil diluar nikah dan meninggalakan anaknya bersama pria yang telah menghancurkan hidupnya itu. Membiarkan bayinya dirawat oleh orang tua yang sudah pikun, mengawasiku selama 13 tahun sebelumakhirnya ia masuk dalam hidupku sebagai orang yang membuatku memiliki rasa benci yang besar terhadap sosok IBU. Dialah ibu kandungku, Tante Sindi yang selama ini ku perlakukan dengan kasar tanpa sopan santun sedikitpun bahkan sering kali aku berusaha mebuatnya tampak buruk dimata Ayah agar menendangya dari rumah. Ah’ tidak, apakah aku masih bermimpi??

Jika benar ini mimpi, sungguh ini mimpi terburukku. Kehadiran sosok ibu yang telah lama ku nanti kulewatkan begitu saja tanpa kusadari keberadaannya, bahkan dia orang yang selama hamper 4 tahun ini ku panggil ibu, tewas karena ulahku.
“Ibu…seandainya saja kemrin kau tak usah pergi mencariku, seandainya saja aku meminta izin padamu terlebih dahulu sebelum pergi.!ach’ sial…ini semua gara-gara handphone ini, seandainya saja aku tak lupa membawanya. Ibu pasti tidak akan membaca pesan itu dan pergi mencariku, seandainya saja aku membawanya, orang rumah pasti akan segera mengabari ku. Bahkan ayah yang sedang ada di Jerman bisa lebih dulu berada dirumah dari pada aku.” Jeritku dalam hati sambil terus menangis
“ Ahgggk’ seandainya-seandainya…!seandainya saja aku tidak bodoh dan bisa bersikap dewasa sedikit saja, mencoba menerima kehadiran wanita itu menjadi ibu ku. Pasti aku tidak akan menyesal seperti ini”keluhku dalam hati sambil membanting handphone genggam ku.
Pemakaman pertama yang kuhadiri ini, sungguhkah ini pemakaman Ibu kandungku?untuk pertama kalinya, aku melihat ayah ku menangis untuk orang selain aku, melihatnya begitu tidak berdaya sungguh menyiksa batin ku luka yang pernah ku tahan rasa sakitnya demi tak membuat diriku tampak menyedihkan di hadapan ayah, kini tak dapat ku tahan lagi. Aku sungguh menyesali sikap ku. Masih sulit kuterima kenyataan ini, tapi semuanya telah masuk diakal ku.

Jika memang dulu wanita ini tak ingin membesarkan ku karena alasan pendidikan dan pengaruh social yang akan merubah hidupnya seketika, mungkin ia tidak ingin aku tumbuh menjadi anak haram dan mendapat julukan yang memalukan, memberiku kehidupan yang layak dengan menitipkan ku pada seorang wanita tua pikun yang kaya raya yang tak lain adalah nenek ku dan hadir kembali dalam kehidupan ayahku untuk menjadi Ibu bagiku. Ia, dia hanya ingin memberikan yang terbaik untukku, pantas saja selama ini ia bersikap sabar menghadapi tingkahku.hahahah…sungguh akulah pemeran antagonis dalam cerita ini, aku begitu jahat dan bodoh.
“sudahlah, setidaknya kamu telah merasakan kasihsayangnya sebelum ia pergi”suara ayah dari belakangku yang terus memukul-mukul pundak ku
“iah..”kataku sambil menangis dan mengkerutkan bibirku seperti yang biasa kulakukan


“tara…ayo sini nak gabung sama ayah…”seru ayah mengajakku bermain bananaboot
Ulangtahun ke 17 ku yang kembali ayah rayakan dipantai kute Bali ini terasa kurang tanpa kehadiran Ibu, dibawah pohon kelapa sanalah biasanya Ibu membentangkan karpetnya untuk kami tempati berjemur. Kini hanya ada aku dan ayah, kehidupan yang selalu ku inginkan dulu ini akhirnya terwujud juga. Namun sungguh ku menyesal pernah menginginkan hal ini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar